Karir Ari Askhara Tenggelam di Masa Erick Thohir, Sempat Cemerlang Sebelum Kejanggalan Ditemukan

Karir Ari Askhara, Direktur Utama PT Garuda Indonesia, kini mulai tenggelam. Pria pemilik nama lengkap I Gusti Ngurah Askhara ini diduga telah melakukan penyelundupan sepeda motor mewah Harley Davidson. Akibat perbuatannya tersebut, Ari Askhara langsung dipecat onleh Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir.

Erick Thohir memberhentikan Ari Askhara dari jabatannya secara prosedural. Ia akan lebih dulu menunggu rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB). Ari Askhara diduga telah membeli motor mewah secara diam diam dan tidak melaporkan kepemilikan motor tersebut di Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) miliknya.

Tak hanya motor Harley Davidson, Ari Askhara juga membeli sepeda lipat merek Brompton yang didatangkan secara ilegal dari Prancis menggunakan pesawat terbang milik negara. Moge Harley Davidson dibeli Ari Askhara dengan kisaran harga Rp 800 juta. Karir Ari Askhara pun terancam tamat.

Erick Thohir yang berang langsung mencopot Ari Askhara dari jabatan Direktur Utama Garuda Indonesia. “Dengan itu, saya akan memberhentikan Saudara Direktur Utama Garuda dan tentu proses ini kami, karena Garuda adalah perusahaan publik, akan ada prosedur lainnya," ujar dia ketika memberikan keterangan pers di Jakarta, Kamis (5/12/2019). Padahal, pada era Menteri BUMN periode 2014 2019 Rini Soemarno, karier pria kelahiran 13 Oktober 1971 itu boleh dibilang moncer. Sejak 2014, Ari sudah malang melintang di jajaran direksi perusahaan pelat merah.

Pada Mei 2014, pria lulusan Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada itu didapuk menjadi Direktur Keuangan PT Pelindo III (Persero). Tak lama setelah itu atau tepatnya pada Desember 2014, Ari dipindahtugaskan untuk menjadi Direktur Keuangan Garuda Indonesia. Dua tahun menduduki posisi itu, Ari kembali dipindahkan menjadi Direktur Human Capital dan Pengembangan Sistem PT Wijaya Karya (Persero) pada 2016.

Namun, setahun berselang, Ari diangkat menjadi Direktur Utama PT Pelindo III. Akhirnya, puncak karier Ari di BUMN terjadi pada September 2018. Kala itu Rini Soemarno menunjuk Ari menjadiDirut Garuda Indonesia. Rini berharap Ari bisa memperbaiki kinerja keuangan maskapai pelat merah itu.

Pasalnya, saat Ari ditunjuk sebagai dirut, rugi bersih Garuda Indonesia tercatat sebesar sekitar 175 juta dollar AS, atau sekitar Rp 2,45 triliun. Adapun pendapatan Garuda Indonesia tercatat hanya 38,9 juta dollar AS. Namun, belum lama menjabat sebagai orang nomor satu di Garuda Indonesia, Ari langsung menghadapi rintangan.

Saat itu, pria lulusan S2 Administrasi Bisnis Jurusan International Finance di Universitas Indonesia tersebut harus menghadapi protes dari masyarakat terkait mahalnya harga tiket pesawat. Pada akhir tahun 2018, masyarakat menuding Garuda Indonesia sebagai pemrakarsa kenaikan harga tiket pesawat. Karena Garuda menaikan harga tiketnya, akhirnya maskapai lain pun ikut ikutan mengambil kebijakan serupa.

Akhirnya, pemerintah langsung turun tangan untuk menyelesaikan masalah tersebut. Sebab, kenaikan harga tiket pesawat berdampak pada sektor lainnya. Meski menuai polemik yang berkepanjangan, kenaikan harga tiket itu tak mampu menggoyahkan posisi Ari dari jabatan Dirut Garuda Indonesia. Kala itu Rini tetap memercayai Ari. Kepercayaan dari Rini itu sempat dibuktikan oleh Ari melalui laporan keuangan Garuda Indonesia di sepanjang tahun 2018.

Pada 24 April 2019, Ari mengumumkan perusahaan tersebut berhasil mencetak laba bersih sebesar 809.840 dollar AS. Angka tersebut meningkat tajam dari tahun 2017, yang mana maskapai pelat merah itu merugi hingga 216,58 juta dollar AS. Namun, laporan keuangan Garuda yang membaik itu ditolak oleh dua komisarisnya.

Penolakan itu berkaitan dengan perjanjian kerja sama Garuda dengan PT Mahata Aero Teknologi dan PT Citilink Indonesia yang diperkirakan menuai kerugian sebesar 244,95 juta dollar AS. Manajemen Garuda Indonesia dituding telah “memoles” laporan keuangannya. Laporan keuangan itu pun sempat menuai polemik di tengah masyarakat.

Akhirnya, Kementerian Keuangan dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melakukan investigasi terhadap laporan keuangan maskapai pelat merah itu. Hasilnya, dua instansi tersebut menemukan adanya pelanggaran di laporan keuangan Garuda Indonesia tahun buku 2018. Setelah menemukan pelanggaran, OJK dan Kemenkeu pun memberikan sanksi kepada Garuda serta auditor yang mengaudit laporan keuangannya.

Sanksi diberikan setelah kedua instansi tersebut memeriksa auditor terkait permasalahan laporan keuangan Garuda Indonesia tahun buku 2018, khususnya pengakuan pendapatan atas perjanjian kerja sama dengan PT Mahata Aero Teknologi yang diindikasikan tidak sesuai dengan standar akuntansi. Manajemen Garuda Indonesia diminta kembali mengumumkan kinerja keuangannya pada tahun buku 2018. Pada laporan keuangan yang disajikan ulang tersebut, Garuda Indonesia mencatatkan rugi bersih sebesar 175,02 juta dollar AS atau setara Rp 2,45 triliun dari sebelumnya laba sebesar 5,01 juta dollar AS.

"Dalam kaitan penyajian ulang Laporan Keuangan 2018, Garuda Indonesia mencatatkan laporan pendapatan usaha sebesar 4,37 miliar dollar AS, tidak mengalami perubahan dari laporan pendapatan sebelumnya," ujar VP Corporate Secretary Garuda Indonesia M Ikhsan Rosan. Selain restatement laporan keuangan tahun 2018, Garuda Indonesia pun diminta untuk melakukan restatement laporan keuangan kuartal I 2019 oleh Bursa Efek Indonesia (BEI). Pada laporan restatement kuartal I 2019 tersebut, Garuda Indonesia tercatat mengalami sejumlah penyesuaian pada indikator aset menjadi sebesar 4,32 juta dollar AS dari sebelumnya 4,53 juta dollar AS.

Rupanya kasus tersebut juga tak membuat Ari dicopot oleh Rini dari Dirut Garuda Indonesia. Ari tetap dipertahankan hingga Rini mengakhiri masa jabatannya sebagai Menteri BUMN pada 23 Oktober 2019. Setelah Rini lengser, kursi orang nomor satu di Kementerian BUMN diduduki Erick Thohir.

Di tangan Erick Thohir pula karier moncer Ari di perusahaan pelat merah terancam tenggelam. Pasalnya, Erick yang belum dua bulan menjabat sebagai Menteri BUMN memutuskan mencopot Ari dari posisi Dirut Garuda Indonesia. Hal itu dilakukan Erick bukan tanpa alasan. Ari dicopot dari jabatannya karena disebut telah melakukan penyelundupan onderdil Harley Davidson keluaran tahun 1972 serta dua sepeda Brompton.

Akibat perbuatan itu, negara berpotensi mengalami kerugian sebesar Rp 532 juta hingga Rp 1,5 miliar. Bahkan, kata Erick, proses penyelundupan itu melibatkan banyak pihak di tubuh Garuda Indonesia. “Ini sungguh menyedihkan, ini proses secara menyeluruh dalam sebuah BUMN, bukan individu, tapi menyeluruh. Ini yang tentu pasti Ibu (Sri Mulyani) pasti sangat sedih, saya sangat sedih," ujar dia.

Erick memaparkan, dalam proses penyelundupan tersebut, awalnya Direktur Utama Garuda Indonesia I Gusti Ngurah Askhara atau Ari Ashkara (AA) telah melakukan instruksi untuk mencari motor Harley Davidson klasik tahun 1972 sejak tahun 2018. Selain itu, yang bersangkutan juga telah melakukan transfer dana ke rekening pribadi Finance Manager Garuda Indonesia berinisial IJ (Iwan Joeniarto) di Amsterdam.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *