Pengaplikasian 3R (Reduce,Reuse,Recycle) Untuk Kegiatan Sehari-hari
Sampah menjadi salah satu permasalahan yang cukup sulit ditangani di Indonesia. Keberadaan limbah rumah tangga (sampah) yang dihasilkan akibat aktivitas manusia mempunyai banyak dampak pada manusia dan lingkungan sekitar. Sampah selalu mengalami peningkatan tiap tahunnya. Meningkatnya kebutuhan masyarakat maka meningkat pula sampah yang ada. Kebanyakan barang-barang yang dijual pada saat ini menghasilkan produk samping berupa sampah. Sampah yang dihasilkan berbagai macam ragam mulai dari sampah plastik, kaleng, botol kaca dan lainnya. Sampah-sampah tersebut butuh waktu lama akan terurai ke lingkungan. Sikap acuh dan tidak pedulinya masyarakat terhadap sampah membuat sampah menumpuk di Tempat Pembuangan Sementara. Tidak jarang bak sampah yang kelebihan muatan hingga berceceran ke badan jalan. Seperti yang kita ketahui pada saat ini anak-anak sampai orang dewasa merupakan penghasil sampah. Sampah yang dihasilkan merupakan sampah dari kegiatan sehari-hari. Sampah sangat berbahaya terhadap lingkungan dan manusia. Hal ini dapat kita ketahui karena sampah dapat menyebabkan pencemaran lingkungan seperti cairan rembesan dari sampah apabila masuk ke sungai maka dapat mencemari sungai. Selain itu, sampah juga dapat menyebabkan penyakit bagi manusia karena bakteri patogen dapat hidup di tumpukan sampah, penyakit yang ditimbulkan berupa diare, demam dan lainnya. Hal ini harus menjadi masalah utama bagi pemerintahan maupun LSM dalam upaya mengurangi penumpukan sampah. (1)
Maka dari itu muncullah gerakan 3R (Reduce,Reuse,Recycle), yang bertujuan untuk mengurangi dampak sampah yang semakin menggunung. 3R sendiri bisa kita aplikasikan kedalam kegiatan kita sehari-hari, seperti:
1. Reduce
Reduce atau kurangi menjadi langkah pertama dari penerapan 3R yang harus dilakukan, yaitu dengan mengurangi segala sesuatu yang mengakibatkan sampah. Ini adalah aksi nyata agar sampah tidak sampai diproduksi. Reduce merupakan upaya preventif atau pencegahan agar sampah tidak dihasilkan. Jadi, bukan upaya penanganan sampah yang dilakukan setelah sampah muncul. Contoh kegiatan reduce sampah yang bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dan bisa dimulai oleh setiap orang adalah sebagai berikut:
– Membawa tas kain belanja yang awet atau bisa berulang kali dipakai daripada memilih menggunakan kantong belanja dari kresek yang hanya digunakan sekali pakai.
– Tidak menggunakan sedotan plastik saat minum,
– Menggunakan wadah makan/minum yang bisa digunakan berulang kali.
– Menggunakan produk yang dapat diisi ulang (refill). Misalnya penggunaan botol kecap yang bisa diisi ulang.
– Mengurangi penggunaan bahan sekali pakai.
– Menggunakan produk tanpa kemasan non organik, seperti memilih abu atau arang dan jeruk nipis sebagai sabun cuci piring atau perabotan dapur daripada produk industri yang banyak dijual di pasaran.
- Menggunakan email (surat elektronik) untuk berkirim surat.
- Menghindari pembelian produk atau barang-barang yang kurang perlu.
2. Reuse
Reuse adalah upaya penanganan sampah dengan menggunakan kembali sampah yang telah digunakan untuk fungsi yang sama ataupun fungsi lainnya. Contoh kegiatan reuse mirip dengan reduce sampah, karena memang keduanya bisa dikategorikan sebagai tindakan preventif agar tidak menghasilkan sampah lebih banyak. Berikut ini adalah contohnya:
– Memilih produk atau barang yang dapat digunakan beberapa kali atau berulang-ulang. Misalnya, menggunakan reusable diapers daripada popok bayi sekali pakai.
– Menggunakan produk atau barang yang telah kosong untuk fungsi yang sama atau fungsi lainnya. Misalnya botol bekas minuman digunakan sebagai wadah detergen.
– Menggunakan kembali sisi kertas yang masih kosong untuk menulis atau untuk media fotokopi.
– Menggunakan sampah kertas yang masih bersih untuk packaging seperti untuk membungkus bumbu-bumbu dapur, dan lain sebagainya.
– Menggunakan urug atau sampah gragal bangunan untuk digunakan kembali sebagai media atau material pelengkap konstruksi.
– Menjual atau memberikan produk atau barang yang sudah jadi sampah tersebut kepada loakan atau pihak yang memerlukan
3. Recycle
Recycle (daur ulang) sampah merupakan tahapan ketiga dari kegiatan 3R, setelah reduce dan reuse tidak berhasil. Recycle adalah upaya penanganan sampah dengan cara mengolah kembali (daur ulang) sampah menjadi barang atau produk baru yang bermanfaat atau bernilai guna. Uniknya, tahapan recycle ini lebih dikenal oleh masyarakat Indonesia, daripada tahapan reduce atau reuse. Masyarakat bahkan mengenal recycle sebagai cara utama mengolah sampah non organik menjadi karya baru handmade, atau kerajinan tangan. Padahal, kenyataannya bukan seperti itu. Sayangnya dalam praktik di lapangan, kebanyakan recycle seperti menghasilkan sampah non organik jenis baru yang kemudian diletakkan di tempat yang lebih istimewa. Kok bisa seperti itu?
Kebanyakan setelah sampah didaur ulang menjadi karya jadi, masyarakat kemudian hanya menggunakannya sekali pakai misalkan untuk show atau pagelaran seni dan selanjutnya diletakkan di lemari. Oleh karenanya, jika bisa produk recycle tersebut tidak hanya digunakan sebagai bahan pajangan. Mungkin, untuk inspirasi agar masyarakat termotivasi untuk melakukan aksi recycle tidaklah mengapa. Penerapan recycle sampah yang paling efektif adalah dengan melalui proses industri. Karena dengan proses produksi, maka recycle sampah non organik bisa menjadi produk baru hasil pabrik. Meskipun mengalami penurunan kualitas bahan, yang terpenting hasil produknya bisa dimanfaatkan kembali dengan baik. Contohnya produk kertas daur ulang. Contoh kegiatan recycle sampah yang bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari adalah sebagai berikut:
– Mengolah sampah kertas menjadi produk kertas atau karton kembali.
– Mengolah sampah organik menjadi pupuk kompos.
– Menggunakan ban bekas dan botol plastik bekas untuk pot tanaman.
– Mengolah sampah non organik menjadi produk yang bermanfaat seperti barang handmade atau barang hasil industri.
Tantangan dari penerapan recycle adalah bagaimana semua sampah non organik di Indonesia bisa didaur ulang menjadi barang handmade atau barang hasil industri. (2)
Seperti pembahasan diatas, bahwa kurang pedulinya masyarakat akan lingkungan menjadi tantangan besar bagi pemerintah dalam upaya mengurangi penumpukan sampah. Karakter peduli lingkungan tidak dapat tumbuh begitu saja, namun harus diupayakan pembentukannya secara terus menerus sejak usia dini, melalui kegiatan-kegiatan nyata yang dekat dengan kehidupan sehari-hari. Untuk menumbuhkan karakter peduli lingkungan, langkah yang paling strategis adalah melalui pendidikan. Menyadari hal tersebut, maka sekolah sebagai wadah pendidikan perlu sejak dini menanamkan dan mengembangkan kepedulian siswa terhadap lingkungan agar terbentuk sumberdaya manusia yang secara arif dapat memanfaatkan potensi dirinya dalam berbuat untuk menciptakan kualitas lingkungan yang kondusif, ekologis, lestari secara nyata dan berkelanjutan, tentunya dengan cara-cara yang simpatik, kreatif, inovatif dengan menganut nilai-nilai dan kearifan budaya lokal. (3) Maka dari itu, penerapan cinta lingkungan harus diedukasi sejak dini. Edukasi juga merupakan bagian dari 3 pilar AQUA dalam komitmen Bijak Berplastik.
Danone-AQUA menggandeng 180 guru dari 90 sekolah dasar negeri dan swasta dari seluruh Indonesia untuk membangun perilaku mengelola sampah pada anak usia sekolah secara lebih terstruktur, sistematis dan masif. Ini sesuai dengan komitmen Danone-AQUA untuk memimpin kampanye nasional yang bertujuan membangun kesadaran dan mendorong perubahan perilaku masyarakat luas dalam mengelola sampah. Dimulai dari penyusunan buku pengayaan pengelolaan sampah bagi guru bertema “Sampahku Tanggung Jawabku”, yang turut dilengkapi dengan buku pembelajaran siswa dan materi pendukung seperti poster, ular tangga dan lagu anak-anak; selanjutnya diadakanlah pelatihan guru dalam bentuk Training of Trainers (ToT). ToT pun dilakukan di Jakarta, Bali dan Labuan Bajo pada awal tahun ini, dengan harapan dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan guru untuk mengedukasi anak-anak didiknya agar bertanggung jawab atas sampah yang mereka hasilkan. Juga agar mereka mengetahui cara memilah dan mengolah sampah dengan baik guna memastikan alam tetap terjaga keberlanjutannya. Dan guru bisa mengedukasi para siswa untuk lebih menghargai lingkungan, dengan tidak memproduksi sampah secara berlebihan, serta mengerti bagaimana caranya mengatasi sampahnya sendiri. Jadi edukasi mengenai sampah harus dilakukan sejak dini, agar para siswa dapat membawa sifat peduli lingkungan hingga dewasa. Maka dari itu ayo terus dukung AQUA dalam mendukung lingkungan kita, kita hanya perlu menerapkan 3R dalam kegiatan kita sehari-hari. (4)
- https://www.unja.ac.id/2020/04/07/perlukah-kita-terapkan-prinsip-3r-agar-terciptanya-lingkungan-bebas-sampah/
- https://www.pengadaan.web.id/2020/12/3r-reduce-reuse-dan-recycle.html
- https://media.neliti.com/media/publications/297024-pengelolaan-sampah-3r-reduce-reuse-recyc-70252d5f.pdf
- https://bijakberplastik.aqua.co.id/publikasi/edukasi/bangun-perilaku-sampahku-tanggung-jawabku-ke-penerus-bangsa-danone-aqua-gandeng-guru-sd/